Kamis, 26 Juni 2008

20th

Pagi yang menyenangkan di hari yang bersejarah bagiku. Aku dibangunkan oleh suara gadis yang teramat kusayangi, dia menelepon tentunya. Dengan bersemangat dia menyanyikan lagu "Selamat Ulang Tahun" dalam bahasa Korea. Dia juga dengan seenaknya mengucapkan kata-kata "make a wish" untukku: panjang umur... sukses dunia akhirat.. bla, bla, bla, dan lain-lain. Pagi yang menakjubkan.

Kemudian Ibuku tersayang juga meneleponku. Juga mengucapkan "selamat ulang tahun" padaku. Yang paling membuat aku tertawa adalah suara adik sepupu perempuanku yang mengucapkan selamat ulang tahun, lucu sekali, dan bicaranya juga sudah lumayan fasih. Umurnya baru sekitar tiga setengah tahun. Sudah satu tahun aku tidak pulang ke Padang.

Beberapa temanku juga mengirimkan pesan-pesan selamat ulang tahun via sms.

Flashback ke tadi malam. Aku terlibat diskusi dengan seorang kawan. Salah satunya mengenai "begitu mudahnya para gadis menyerahkan tubuh, atau lebih jauh "mahkotanya", pada pacarnya. Padahal mereka sangat mengerti bahwa lelaki itu "gombal", "buaya", "pinter ngerayu", "tukang bohong", dll."

No offense untuk para gadis namun ini adalah hasil observasi terhadap kehidupan beberapa kawan dan tanya jawab langsung dengan para "buaya". Kami sepakat bahwa alasannya adalah para gadis lebih mudah terbawa emosi daripada para lelaki. Para gadis lebih mengedepankan perasaan daripada logika dan pikiran. Dan ini adalah bukti bahwa horizon berpikir para gadis berada lebih dekat daripada horizon pikiran para lelaki. Sekali lagi no offense untuk para gadis. Jadi jika terjadi hamil di luar nikah itu hanyalah akibat dari kejelian pihak lelaki untuk memanfaatkan keadaan. Saya menghimbau kepada para gadis untuk lebih berhati-hati, jangan sampai terhanyut oleh emosi. Bisa bahaya.

Topik diskusi selanjutnya adalah masalah kemanusiaan. Tidak ada orang yang bisa memilih untuk "menjadi seperti apa" sebelum lahir dulu. Jika bisa orang pasti lebih memilih untuk menjadi rupawan alih-alih buruk rupa. Orang-orang pasti lebih memilih untuk menjadi kaya daripada miskin. Lebih memilih pintar daripada bodoh. Jadi kesimpulannya janganlah membeda-bedakan orang karena pada prinsipnya kita ini sama-sama manusia.

Well, semoga di umur 20 ini aku bisa berpikir dengan lebih dewasa. Berpikir, lho. Di akhir posting ini izinkan aku menyitir kalimat bijak yang entah pertama kali diucapkan oleh siapa: "Tua itu pasti, dewasa itu pilihan."






Tidak ada komentar: